Anusapati lahir di Surakarta (Jawa Tengah) pada 1957. Ia belajar seni patung di STSRI "ASRI" (kini Institut Seni Indonesia), Yogyakarta dan Pratt Institute, New York (Amerika Serikat, 1988-1990). Menetap dan bekerja sebagai pengajar di ISI, Yogyakarta.
Anusapati mempelopori penggunaan kayu dengan pahatan-pahatan kasar yang sengaja tidak dihaluskan untuk menampilkan kejujuran material itu sendiri. Mematung bukanlah sepenuhnya mengonstruksi bentuk baru, tetapi menimbang atau mengenang kembali obyek-obyek lama yang masih berfungsi di sekitar kita sendiri. Obyek-obyek itu, bentuk maupun bahannya sangat dekat dengan alam.
Karyanya merupakan hasil eksplorasi potongan-potongan balok kayu munggur dengan berbagai ukuran. Pohon munggur atau suar (Samanea saman) adalah jenis yang tumbuh besar dengan cepat, banyak digunakan sebagai bahan untuk perabot berukuran besar. Pohon munggur sebenarnya banyak dimanfaatkan sebagai pohon peneduh. Tajuk pohonnya sangat lebar, cocok untuk perindang, bisa menyerap CO₂ puluhan kali daripada pohon lain, hingga 28,5 ton dalam setahun. Jenis pohon ini sudah semakin langka ditemukan di Pulau Jawa. Karya ini menampilkan paradoks, balok-balok kayu munggur yang dipahat dan ditata berirama menyerupai lansekap bukit-bukit tandus dan gersang.