Karya Faelerie menubuhkan metafora kerapuhan melalui objek rajutan tangan. Kerapuhan tampak secara kasat mata di mana-mana, di sekitar kita. Alih-alih, daya tarik pada semua objek konkret yang tampak rapuh bagi Faelerie justru adalah keperkasaannya. Kerapuhan juga melekat pada tubuh dan keberadaan manusia. Praktik merajut dengan menjelajahi bentuk dan simpul berulang dalam rentang waktu panjang ini berujung menyatukan emosi Faelerie sendiri dengan fenomena kerapuhan tersebut. Di dalam praktik berkesinambungan semacam itu, benang menelusuri sekaligus mewujudkan jaringan koneksi yang kompleks, mengaitkan tiap tindakan kecil dan sederhana ke dalam sesuatu yang lebih besar dan bermakna.
Instalasi objek rajutan benang, The Thirteen Offerings menggambarkan 'ritual' kerapuhan sebagai motif pengorbanan dan amalan. Tiga belas karya rajutan yang menyerupai selubung manusia digantung secara radikal, bergelantungan dengan cara sungsang. Citra tubuh-tubuh ini tampak kendur, lemas atau lungkrah; jalinan rajutnya melorot karena tarikan ke bawah. Raut kepala yang terkadang ditampilkan lebih dari satu bertugas 'menopang' posisi anggota tubuh yang saling berkelindan - sekilas memberi pemandangan erotis. Hal itu Faelerie lukiskan sebagai emosi manusiawi yang tidak terduga saat menghadapi dilema antara kerapuhan dan pengorbanan. Kedirian dan subjektivitas lenyap, manusia 'mati' berkali-kali demi penyerahan pada tujuan yang lebih besar, melampaui keterbatasan tubuhnya sendiri. Karya Faelerie merangsang kita untuk melihat lebih dalam dari sekadar bentuk, merenungkan kembali kontribusi kita pada dunia.
Faelerie lahir di Wonosobo, Jawa Tengah, 1994. Lulusan Program Studi Desain Komunikasi Visual, Jurusan Desain, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Seni Indonesia (ISI), Yogyakarta, 2019.